Rabu, 31 Desember 2014

Resensi film “selamat siang, Risa!”

Selamat siang Risa merupakan sebuah film karya sutradara Ine febriyanti yang juga merupakan sosialisasi dari KPK sebagai bentuk propaganda anti korupsi. Film ini menceritakan tentang suatu sikap dari Pak Woko seorang penanggung jawab gudang yang dengan integritasnya menunjukkan sikap anti korupsi.

SUTRADARA
Ine Febriyanti

PEMERAN
Woko                 : Tora Sudiro
Istri pak Woko   : Dominique Diyose
Risa                   : Medina Kamil

SINOPSIS
Film ini berlatar tahun 1974 pada zaman orde baru. Diawali dengan penggambaran keluarga pak Woko yang hidup pas-pasan. Pak Woko bekerja sebagai pegawai penjaga gudang beras, beliau adalah tulang punggung keluarganya sehingga ia harus berjuang untuk menghidupi seorang istri dan dua anaknya yang masih kecil. Untuk menambah penghasilan suaminya, Bu Woko bekerja sebagai penjahit baju. Pada suatu saat persediaan beras pak Woko menipis dan anak pak Woko sakit demam tinggi sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Biaya rumah sakit dan penebusan obat membuat keluarga pak Woko kebingungan untuk mencari tambahan uang sehingga pak Woko terpaksa menjual radio miliknya. Pada saat yang bersamaan, seorang pengusaha beras bernama koh abeng mendatangi rumah pak Woko dengan maksud menyewa gudang di tempat pak Woko bekerja untuk menimbun beras karena beberapa hari lagi harga beras akan naik.


Saudagar tersebut kemudian menawari pak Woko sejumlah uang imbalan dengan tujuan agar pak Woko mengizinkan pengusaha tersebut menaruh beras-berasnya digudang milik perusahaan pak Woko bekerja. Pak Woko pun berfikir keras apakah akan menolak atau menerima tawaran dari saudagar tersebut. Disatu sisi Pak Woko ingin berlaku jujur dengan tidak menerima uang suap, namun disatu sisi pak Woko juga membutuhkan dana untuk mebiayai keluarga dan menebus obat anaknya yang sakit. Istrinya gelisah menunggu jawaban pak Woko dibalik dinding kamar.  Akhirnya, pak Woko mengikuti kata hatinya dan dengan tegas menolak untuk melakukan tindakan tidak terpuji tersebut. Keputusannya membuat hati istri pak Woko lega dan disyukuri oleh keluarga pak Woko karena berperilaku jujur, keteladanan pak Woko pun menurun ke putrinya yang bernama Risa. Film ini diakhiri dengan adegan Risa menolak tawaran uang seperti ayahnya yang menolak uang suap koh Abeng, kemudian Risa pergi dari kantor bersama dengan supirnya, dan terjebak kemacetan. Risa turun dari mobil dan memilih berjalan kaki sambil melihat fenomena – fenomena korupsi “kecil-kecilan” yang terjadi di masyarakat. Melihat seorang polisi yang sedang menerima uang dan berbagai macam ragam sisi lain kehidupan di ibukota.

KELEBIHAN
Film ini mengingatkan para penontonnya bahwa korupsi terjadi disekitar kita sehingga kita harus berhati - hati agar tidak ikut melakukan tindakan tidak terpuji tersebut.
Membuat kita tersadar bahwa sikap jujur sangatlah penting

KONFLIK SOSIAL
Korupsi (kasus penyuapan)

PEMECAHAN MASALAH
>Menanamkan sikap jujur pada setiap individu
>Memberikan penyuluhan kemasyarakat tentang bahaya korupsi
>Memberikan contoh contoh positif

KATA - KATA MUTIARA
"mungkin saya bodoh, mungkin saya salah, tapi kebodohan dan kesalahan saya tidak akan saya sesali sampai mati"
"semuanya kembali lagi dari awal, darimana kita berasal, bagaimana kita, akan mempengaruhi tindakan kita dimasa depan"